Jumat, 11 Desember 2009

Setelah kubaca Sajak "IBUNDA" karya RENDRA

Ibu, kini aku makin mengerti nilaimu

Kamu adalah tugu kehidupanku

……

Kamu adalah teratai kedamaian samadi

Kamu adalah kidung rakyat jelata

Kamu adalah kiblat nurani di dalam kelakuanku

[Sajak Ibunda – Rendra]


Rendra seperti juga Iwan fals begitu fasih saat berbicara tentang ibu, mungkin harus menjadi pribadi yang matang seperti mereka terlebih dahulu bila aku ingin dapat menghormati karier tersulit didunia, menjadi seorang ibu..

ikhbat atau tanah yang tenang..
sebagai persinggahan abdullah yang pertama

mempunyai karakteristik bukan hanya sebagai tanah kering atau tanah subur.. tetapi juga mampu menyerap dan menyimpan air hidayah

Puisi Abdullah diatas mengajari aku. Tanah adalah tempat jasad seorang manusia bergantung. Kita menghirup udara di atas tanah, dilahirkan dan dibesarkan di atas tanah. Makanan utama kita adalah segala yang dihasilkan oleh tanah, dan lalu mengakhiri kehidupan dengan kembali menjadi tanah.

Siapakah kita bila tanpa tanah? Siapalah kita bila tanpa ibu?
Seringnya, Ibu adalah tanah yang terzalimi saat orang-orang hanya terpukau oleh bunga indah yang tumbuh subur di atasnya. Tapi tak pernah kau lihat ia mengeluh bukan? Justru ia tersenyum manis, karena bagi ibu itulah arti hadirnya di dunia ini. Untuk melesatkanmu ke langit, Nak!

Menjadi ibu menurutku adalah pekerjaan terberat di dunia ini, karena membutuhkan kemampuan berpikir, merasa, dan bertindak dengan ketepatan tinggi agar seorang anak tidak sampai dijangkiti benih-benih salah didik.

Kuamati pada ibuku dan semua ibu yang ada disekitarku, bahwa sekali mereka menjadi ibu, mereka takkan dapat berhenti dari perkerjaan itu. Dalam setiap tahap perkembangan anak selalu mempunyai persoalannya sendiri. Jika seorang anak telah dewasa pun, kekhawatiran ibu akan beralih pada apakah anaknya mendapat pekerjaan yang baik, lalu bagaimana dengan kesehatan cucu-cucunya, apakah rumah tangga anaknya harmonis dan sebagainya, semua pertanyaan itu terus berputar di kepala seorang ibu.

Dan pernah kusaksikan pedihnya saat sang buah hati ditakdirkan mendahului ke alam baka, duka ibu tentu tak bisa ditawarkan oleh apapun selain oleh keikhlasan ibu itu sendiri

"tak dapat kucari jawaban lain tentang siapakah yang deritanya lebih berat dari tanah?"

namun derita itu tak pernah dirasakannya dan beliau hanya berucap:

”ibu tetap akan tersenyum, Nak
karena ibu bisa melihatmu kini berdiri gagah menantang langit!”


1 Komentar:

Pada 11 Desember 2011 pukul 02.04 , Blogger LJ mengatakan...

hanya mengingatkan bahwa anda telah mengambil artikel milik orang lain tanpa izin.

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda