Senin, 15 Februari 2010

REUNI

Reuni berasal dari kata Re dan Uni. “Re” mengandung arti kembali, sedangkan “Uni” berarti satu kesatuan. Sehingga “Re-Uni” bermakna sebagai sebuah kegiatan yang menyatukan kembali segenap komponen yang terpisah baik oleh waktu maupun tempat.

Reuni bukan sekedar hura-hura tanpa makna. Reuni harus bermakna sebagai alat pemersatu sekaligus menyadari adanya sosok yang menyebabkan kita harus bersatu. Memang, bersatu bukan harus seragam, apalagi sama. Bersatu akan lebih punya makna karena keberbedaan yang sudah ada dan harus ada. Beda tingkat sosial ekonomi, beda pendidikan, beda suku dan rasa serta perbedaan lainnya yang ada pada kita.

Keberbedaan tidak boleh menjadi alasan untuk tidak bersatu. Tidak ada yang lebih kuat jika kita mampu bersatu. Jangan mau runtuh karena bercerai, tapi tetaplah teguh karena kita selalu bersatu.

"Sebenarnya reuni ini budaya Barat, hal yang tak terlalu penting. Namun, kalau ada reuni, ini mulia. Agama mengajarkan berkasih sayanglah di antara kamu. Janganlah acara ini dinodai hal-hal yang tidak perlu"

"Lewat reuni ini, kita harus ikut memikirkan pendidikan anak-anak guru kita atau anak-anak teman kita, yang barangkali nasibnya kurang begitu baik. Bisa saja dibentuk yayasan untuk tujuan mulia itu, dengan sumber dana yang halal.


ILUSTRASI CERITA : REUNI BAPAK BAPAK

Darsono, Wardi, Sugeng dan Jono janjian mengadakan reuni di Restoran yang ada tempat Karaokenya. Sambil makan, mereka berempat ber-bincang2 sambil bernostalgia.
Setelah makan Darsono pamit meninggalkan teman2nya sebentar untuk nyanyi karaoke, "Minta lagu apa Rek? Dangdut?"
Sambil mendengarkan Darsono nyanyi, teman2nya melanjutkan obrolan mereka.
"Bagaimana anak anakmu Geng?" tanya Wardi ke Sugeng.
Sugeng bercerita :
"Oo, baik2 saja, anak saya kan dua. Yang cewek ikut suaminya jadi Kapolres di Medan. Sedangkan yang cowok sudah jadi boss, pabriknya dua, pabrik sepatu dan pabrik mie. Tapi ya gitu..., saya yang jadi bapaknya saja ndak pernah dibelikan motor sama sekali, eeeh... pas kemarin pacarnya ulang tahun dibelikan BMW 318i gress."

"Lha kalau anakmu War?"

Wardi pun bercerita : "Anakku dua kerja di Amerika, yang bontot sekarang sudah jadi direktur developer rumah. Tapi agak gendeng juga anak saya yang bonthot ini. Rumah bapaknya sudah doyong dibiarkan aja, tapi waktu kemarin
pacarnya ulang tahun di belikan rumah baru."

"Kalau kabar anakmu bagaimana Jon?"
Sekarang Jono yang cerita :
"Anak saya empat, cowok satu, cewek tiga. Sekarang sudah pada mandiri. Yang paling sukses ya anakku yang cowok. Sekarang jadi pialang saham. Cuman ya agak nggak bener juga. Lha... saya ini nggak pernah di kasih uang sama sekali, tapi kemarin waktu pacarnya ulang tahun di kasih deposito 100 juta."

Setelah Jono cerita, Darsono selesai karaoke, "Nyeritain apa sih Rek?". "Ini lho Dar, pada nyritain anaknya, gimana anakmu Dar?" tanya Jono.

Setelah nyalain rokok, Darsono mulai cerita :
"Anakku cuma satu, tapi payah. Aku ingin dia jadi ABRI, eeeh malah jadi bencong. Sudah lima tahun dia buka salon, dari dulu sampek sekarang ya teteeep aja nyalon. Tapi meskipun bencong dia tetep anak ku. Apalagi dasarnya anaknya itu baik, pergaulannya luas dan sayang sama bapaknya. Setiap dapat rejeki saya pasti diberi. Kemarin pas dia ulang tahun, ada temannya yang ngado BMW 318i gress, rumah baru, dan deposito 100 juta.
Dia bilang semua itu buat bapak saja, dia tetep seneng buka salon saja, katanya......

REUNI …..

kata yang sering terlintas bila kita terkenang kembali masa masa beberapa tahun ke belakang. Reuni pada umumnya direncanakan untuk mengingat lagi kenangan satu sama lain mungkin juga hal-hal lain yang nantinya bisa ditimbulkan. Namun sekarang ini makna reuni agak sedikit bergeser. Reuni menjadi semacam ajang pameran (Pameran lukisan mungkin) lukisan kekayaan, lukisan kemewahan, atau lukisan lukisan lainnya yang justru akan menciderai makna reuni itu sendiri. Ajang reuni menjadi pertunjukan seonggok sampah tak bermakna. Bila reuni semacam itu yang terjadi, mungkin saya (mungkin juga beberapa temanku) tidak akan hadir karena merasa malu atau mungkin merasa telah menjadi orang pinggiran, sehingga memori atau ingatan atau kisah akan masa lalu tak saya dapatkan. Jangan sampai itu terjadi pada REUNI AKBAR SMPN I GENTANG_BANYUWANGI nanti.

Kisah tentang cinta di kelas satu,dua, atau tiga SMP, kisah dimarahi oleh guru bahasa indonesia, atau kisah tentang sujud baca anny arrow, atau kisah tentang senyuman para temanku mungkin akan terasa hambar, bila nuansa reuni tak ada nuansa tempo doloe. Mungkin nuansa reuni akan dipenuhi dengan pemandangan indah, penuh dengan seabrek estetika (apalagi kalo di selenggarakan di hotel) sehingga saya (mungkin juga teman yang lain) merasa kehilangan moment yang penting dari reuni itu sendiri. Reuni juga mungkin akan diwarnai cerita-cerita sukses dan story-story yang membanggakan.

Teman-temanku semua juga senior seniorku dan adik-adik kelasku, apakah kalian (mungkin kurang tepat menyebut seniorku dengan kata kalian) masih ingat, kapan terakhir bertemu dengan teman teman sekolah, 25 tahun yang lalu? Dan apa yang akan anda rasakan kalau ada kesempatan untuk bertemu dan bernostalgia kembali tentang masa lalu?

Apakah acara reuni bisa di nikmati semua kalangan termasuk mereka yang merasa menjadi orang pinggiran. Untuk menghilangkan makna berlebihan yang ditimbulkan dari acara reuni, hendaknya konsep acara di rancang sedemikian rupa oleh panitia dengan harapan reuni juga bisa dinikmati oleh berbagai kalangan, bukan cuma mereka yang sudah merasa kaya saja (kaya ilmu, kaya materi dan semuanya).

Saya pikir, maksud reunian itu khususnya rencana reuni SMPNI GENTENG BANYWANGI ini tidak sejauh yang saya pikirkan, saya rasa lebih banyak tujuan yang lebih baik dan bermanfaat yang bisa kita rencanakan daripada cuma sekedar ajang pameran seperti yang reuni reuni kebanyakan yang telah diadakan.....

I hope so... bahkan mungkin tujuan2 reuni ini lebih bermanfaat daripada hanya sekedar acara ketemuan saja... buat apalah reunian kalau cuma mau ketemuan aja.....

Saya berharap : panitia yang terbentuk nantinya, betul2 harus merencanakan kegiatan2 dalam rangka reunian tsb yang bermanfaat buat masyarakat secara umum, dan buat SMPN I GENTENG BANYUWANGI khususnya.

Bagi alumni SMPNI Genteng Banyuwangi sendiri reunian diharapkan paling tidak bisa meningkatkan hubungan persaudaraan sesama alumni.

Tentang yang saya maksudkan akan adanya alumni yg sdh berhasil dan kurang berhasil saya kira itu adalah general, dan kenapa tidak melalui acara reunian ini yang sdh berhasil mungkin bisa membantu yang belum berhasil, paling tidak sharing pengalaman kan.

Saya berharap kelak REUNI AKBAR SMPNI Genteng Banyuwangi bisa terlaksana dengan sukses......buat panitia: Selamat Bekerja!!!!!


KOMENTAR dari seorang teman SMPku ttg REUNI :

Pada saat reuni beberapa tahun kebelakang, saya pernah tertawa terbahak-bahak, ketika seorang temen bilang”kalo manggil dia (yg masih satu angkatan dengan saya) harus diawali dengan kata Pak”. Saya katakan sama dia “Pantang buat saya mengucapkan kata itu, seandainyapun dia adalah presiden saat ini, pada saat reuni seperti ini”

Makna reuni sepertinya telah berubah, saya menganggap REUNI adalah BERTEMUNYA KITA KEMBALI SAAT INI DALAM KONDISI SEPERTI DULU, bukan kita dengan seabrek embel-embel saat ini. Makna reuni akan bias menjadi pamer kehebatan, pamer kekayaan dan pameran lainnya yang justru akan menciderai makna reuni itu sendiri. Ajang reuni menjadi ajang “pameran sampah” tak bermakna (setidaknya itu buatku).
Seandainya reuni kita seperti itu? Maka saya tidak akan bertemu dengan banyak lagi temen masa lalu yang memutuskan untuk tidak hadir karena alasan “malu” dan merasa hidupnya “terpinggirkan”. Saya akan banyak kehilangan kenangan masa lalu yang justru ingin saya peroleh dari ajang ini.

Pada saat reuni, nuansa doeloe justru yang ingin diperoleh. Reuni mungkin akan terasa hambar, bila pada saat reuni nanti tidak menemukan menu makan teri main bola dan berganti menjadi rendang sapi Australia, setengah telur asin berganti menjadi telur utuh bebek Peking, potongan kecil-kecil papaya agak sepet berubah menjadi manisnya jeruk Mandarin, dan segelas teh manis kurang gula berubah menjadi soft drink.

Saya mungkin akan kehilangan moment penting reuni bila tidak merasakan empuknya kasur kapuk keras karena kurang dijemur di ranjang besi bertingkat dengan pemandangan indah coretan rumus-rumus pelajaran, keluh kesah, kerinduan, kekesalan, sumpah serapah, pengharapan dan seabrek macam itu yang tertata tanpa estetika dan jauh dari kesan dilakukan penataan, dibawah papan ranjang atas. Saya akan sangat amat kehilangan bila suasana kost kostan dulu malah disulap menjadi suasana kini, laiknya fasilitas hotel (apalagi kalo penyelenggaraan acaranya di hotel?). Rasanya lebih baik saya tidur nyenyak di gubuk reot, sambil bercanda dengan anak-anak di tempat tidur.

Makna reuni yang saya idamkan adalah seperti keinginan seorang alumni yang saat ini berstatus ibu rumah tangga yang berdomisili di Malang. Via telepon dia katakan "Insya Allah akan hadir pada saat reuni (dan sudah diizinkan sang suami tercinta, yang Insya Allah sangat Bijak), namun hanya pada saat acara yang pentingnya saja", selebihnya bila memungkinkan, dia ingin memanfaatkan waktunya dengan berkunjung ke rekan alumni yang tidak bisa hadir karena alasan keadaan yang tidak memungkinkan dan anak anak yatim dari rekan alumni yang sudah tidak ada.Demi Allah, adakah makna reuni yang lebih indah dari ini?

Wassalam, semoga pandangan saya tentang makna reuni ini, salah?


Jumat, 01 Januari 2010

FANATISME pada KYAI-ULAMA-USTADZ, kadang merupakan suatu masalah.

Fanatik terhadap kyai, ulama, atau ustadz memang telah mendarah daging dalam tubuh umat ini.

Yang jadi masalah bukanlah sekedar mengikuti pendapat orang yang berilmu. Namun yang menjadi masalah adalah ketika pendapat para ulama tersebut jelas-jelas menyelisihi Al Qur’an dan As Sunnah tetapi dibela mati-matian. Yang penting kata mereka ‘ sami’na wa atho’na’ (apa yang dikatakan oleh kyai kami, tetap kami dengar dan kami taat). Entah pendapat kyai tersebut merupakan perbuatan syirik atau bid’ah, yang penting kami tetap patuh kepada guru-guru kami.

Fenomena Fanatik Buta

Fanatik -dalam bahasa Arab disebut ta’ashub- adalah sikap mengikuti seseorang tanpa mengetahui dalilnya, selalu menganggapnya benar, dan membelanya secara membabi buta. Fanatik terhadap kyai, ustadz, atau ulama bahkan kelompok tertentu telah terjadi sejak dahulu seperti yang terjadi di kalangan para pengikut madzhab (ada 4 madzhab yang terkenal yaitu Hanafi, Hanbali, Maliki, dan Syafi’i). Di mana para pengikut madzhab tersebut mengklaim bahwa kebenaran hanya pada pihak mereka sendiri, sedangkan kebathilan adalah pada pihak (madzhab) yang lain.
Banyak contoh yang dapat diambil dari para pengikut madzhab tersebut. Di antara contoh perkataan bathil di antara mereka adalah ucapan Abul Hasan Al Karkhiy Al Hanafi (seorang tokoh fanatik di kalangan Hanafiyyah). Beliau mengatakan, “Setiap ayat dan hadits yang menyelisihi penganut madzhab kami (Hanafiyyah), maka harus diselewengkan maknanya atau dihapus hukumnya.

Syaikh Al Albani rahimahullah juga mengisahkan, bahwa ada seorang bermadzhab Hanafiyah mengharamkan pria dari kalangan mereka menikah dengan wanita bermadzhab Syafi’iyah, kecuali wanita tadi diposisikan sebagai wanita ahli kitab dianalogikan dengan wanita Yahudi dan Nasrani!! Hal ini masih terjadi hingga sekarang. Seperti ada seorang bermadzhab Hanafi dan dia begitu takjub dengan seorang khotib masjid Bani Umayyah di Damaskus, dia mengatakan, “Andaikan khotib tadi bukan bermadzhab Syafi’i, niscaya aku akan nikahkan dia dengan anak perempuanku!”

Imam Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala’ juga menceritakan, bahwa Abu Abdillah Muhammad bin Fadhl Al Farra’ pernah menjadi imam sholat di masjid Abdullah selama 60 puluh tahun lamanya. Beliau bermadzhab Syafi’i dan melakukan qunut shubuh. Setelah itu imam sholat diambil alih oleh seseorang yang bermadzhab Maliki dan tidak melakukan qunut shubuh. Karena hal ini menyelisihi tradisi masyarakat setempat, akhirnya mereka bubar meninggalkan imam yang tidak melakukan qunut shubuh ini, seraya berkomentar, “Sholat imam tersebut tidak becus !!!”.

Inilah contoh yang terjadi di kalangan pengikut madzhab. Begitu juga yang terjadi pada umat Islam sekarang ini, banyak sekali di antara mereka membela secara mati-matian pendapat dari ulama atau guru-guru mereka (seperti membela kesyirikan, kebid’ahan, atau perbuatan haram yang dilakukan guru-guru tersebut), padahal jelas-jelas bertentangan dengan ayat dan hadits yang shohih.

Mempertentangkan Perkataan Allah dan Rasul-Nya dengan Perkataan Kyai/Ulama

Banyak dari umat Islam saat ini, apabila dikatakan kepada mereka, “Alloh telah berfirman” atau kita sampaikan “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda …”, mereka malah menjawab, “Namun, kyai/ustadz kami berkata demikian …”. Apakah mereka belum pernah mendengar firman Allah (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya” (Al Hujurot : 1) [?] Yaitu janganlah kalian mendahulukan perkataan siapapun dari perkataan Alloh dan Rosul-Nya.
Dan perhatikan pula ayat selanjutnya dari surat ini. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.” (Al Hujurot : 2).

Ibnul Qoyyim rohimahulloh dalam I’lamul Muwaqi’in mengatakan,

“Apabila mengeraskan suara mereka di atas suara Rasul saja dapat menyebabkan terhapusnya amalan mereka. Lantas bagaimana kiranya dengan mendahulukan pendapat, akal, perasaan, politik, dan pengetahuan di atas ajaran rasul. Bukankah ini lebih layak sebagai penghapus amalan mereka“

Ibnu ‘Abbas radiyallahu ‘anhuma mengatakan,

“Hampir saja kalian akan dihujani hujan batu dari langit. Aku katakan, ‘Rasulullah bersabda demikian lantas kalian membantahnya dengan mengatakan, ‘Abu Bakar dan Umar berkata demikian.’ “(Shohih. HR. Ahmad).

Dari perkataan ini, wajib bagi seorang muslim jika dia mendengar hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dia paham maksudnya/penjelasannya dari ahli ilmu, tidaklah boleh bagi dia menolak hadits tersebut karena perkataan seorang pun. Tidak boleh dia menentangnya karena perkataan Abu Bakar dan Umar -radiyallahu ‘anhuma- (yang telah kita ketahui bersama kedudukan mereka berdua), atau sahabat Nabi yang lain, atau orang-orang di bawah mereka, apalagi dengan perkataan seorang kyai atau ustadz. Dan para ulama juga telah sepakat bahwa barangsiapa yang telah mendapatkan penjelasan dari hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak boleh baginya meninggalkan hadits tersebut dikarenakan perkataan seorang pun, siapa pun dia. Dan perkataan seperti ini selaras dengan perkataan Imam Syafi’i -semoga Alloh merahmati beliau-. Beliau rahimahullah mengatakan,

“Kaum muslimin sepakat bahwa siapa saja yang telah jelas baginya ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya karena perkataan yang lainnya.” (Madarijus Salikin, 2/335, Darul Kutub Al ‘Arobi. Lihat juga Al Haditsu Hujjatun bi Nafsihi fil ‘Aqoid wal Ahkam, Muhammad Nashiruddin Al Albani, hal. 79, Asy Syamilah)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Seandainya Musa hadir di tengah kalian dan kalian mengikutinya dan meninggalkanku, maka sungguh kalian telah tersesat dari jalan yang lurus. Sekiranya Musa hidup kembali dan menjumpai kenabianku, dia pasti mengikutiku.” (Hasan, HR. Ad Darimi dan Ahmad).

Maksudnya apabila kita meninggalkan sunnah Nabi dan mengikuti Musa, seorang Nabi yang mulia yang pernah diajak bicara oleh Alloh, maka kita akan tersesat dari jalan yang lurus. Lantas bagaimana pendapat saudara sekalian, apabila kita meninggalkan sunnah Nabi dan mengikuti para kyai, tokoh agama, ustadz, mubaligh, cendekiawan dan sebagainya yang sangat jauh bila dibandingkan Nabi Musa ‘alaihis salaam??! Renungkanlah hal ini.

Dampak Fanatik Buta

Fanatik memunculkan berbagai dampak negatif yang sangat berbahaya bagi pribadi secara khusus dan masyarakat secara umum. Berikut ini kami paparkan beberapa dampak yang terjadi karena fanatik buta.

[1] Memejamkan mata dari dalil yang kuat dan berpegang dengan dalil yang rapuh

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Mayoritas orang-orang fanatik madzhab tidak mendalami Al Qur’an dan As Sunnah kecuali segilintir orang saja. Sandaran mereka hanyalah hadit-hadits yang rapuh atau hikayat-hikayat dari para tokoh ulama yang bisa jadi benar dan bisa jadi bohong.”

[2] Merubah dalil untuk membela pendapatnya

Contohnya adalah atsar tentang qunut shubuh yang diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, Tirmidzi, dan beliau menshohihkannya. Dari Malik Al Asyja’i rodiyallohu ‘anhu berkata, “Saya pernah bertanya kepada ayahku,’Wahai ayahku! Sesungguhnya engkau pernah sholat di belakang Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali di sini -di Kufah-. Apakah mereka melakukan qunut shubuh?’ Jawab beliau,’Wahai anakku, itu merupakan perkara muhdats (perkara baru yang diada-adakan dalam agama -pen)’ “.
Tetapi seorang tokoh bermadzhab Syafi’i di Mesir malah mengganti hadits tersebut dengan lafadz yang artinya, ‘Wahai anakku, ceritakanlah (kata muhdats diganti dengan fahaddits yang berarti ceritakanlah-pen) !‘ Dan tokoh ini juga mengatakan, “Sholatnya orang yang meninggalkan qunut shubuh secara sengaja, maka sholatnya batal yaitu tidak sah.”

Sungguh perbuatan tokoh ini dikarenakan sikap fanatik beliau pada madzhabnya yang mengakar kuat pada dirinya. Tetapi lihatlah perbedaan yang sangat menonjol dengan orang yang mengikuti kebenaran, walaupun madzhabnya sama dengan tokoh fanatik di atas. Beliau -Abul Hasan Al Kurjiy Asy Syafi’i- tidak pernah melakukan qunut shubuh dan beliau pernah berkata,”Tidak ada hadits shohih tentang hal itu (yaitu qunut shubuh,-pen).”

[3] Sering memalsukan hadits

Di antara hadits palsu hasil rekayasa orang-orang yang fanatik madzhab untuk membela madzhabnya, yaitu dari Ahmad bin Abdilllah bin Mi’dan dari Anas secara marfu’ : “Akan datang pada umatku seorang yang bernama Muhammad bin Idris (yakni Imam Syafi’i-pen), dia lebih berbahaya bagi umatku daripada Iblis. Dan akan datang pada umatku seorang bernama Abu Hanifah, dia adalah pelita umatku”.
Hadits ini selain palsu, juga bertentangan dengan nash yang menyatakan bahwa pelita umat ini adalah Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang terdapat dalam surat Al Ahzab ayat 46.

[4] Menfatwakan bahwa taqlid hukumnya wajib

Para fanatisme madzhab atau kelompok akan menyerukan kepada pengikutnya tentang kewajiban taqlid yaitu mengambil pendapat seseorang tanpa mengetahui dalilnya.
Hal ini sebagaimana yang diwajibkan organisasi Islam terbesar di Indonesia. Salah seorang tokoh organisasi tersebut mengatakan, “Sejak ratusan tahun yang lalu sampai sekarang sebagian besar umat Islam di seluruh dunia yang termasuk dalam golongan Ahlus Sunnah wal Jama’ah membenarkan adanya kewajiban taqlid bagi orang yang tidak memenuhi syarat untuk berijtihad …”

Ini adalah ucapan yang bathil. Tidak pernah ada kewajiban seperti ini dari Alloh, Rosululloh, sampai-sampai imam madzhab sekalipun. Karena pendapat imam madzhab itu kadangkala benar dan kadangkala juga salah. Seringkali para imam madzhab berpegang pada suatu pendapat dan beliau meralat pendapatnya tersebut. Dan para imam itu sendiri melarang untuk taqlid kepadanya, sebagaimana Imam Syafi’i rohimahulloh (imam madzhab yang organisasi ini ikuti) mengatakan,

“Setiap yang aku katakan, kemudian ada hadits shohih yang menyelisihinya, maka hadits Nabi tersebut lebih utama untuk diikuti. Janganlah kalian taqlid kepadaku”.

Janganlah Menolak Kebenaran

Sesungguhnya Allah telah mengutus para rosul untuk segenap manusia. Alloh mengutus para rasul untuk mendakwahi manusia agar mereka beribadah dan menyembah kepada Allah semata. Akan tetapi kebanyakan mereka mendustakan rosul-rosul utusan Alloh itu; mereka tolak kebenaran yang dibawanya, yaitu ketauhidan. Akhirnya mereka pun menemui kebinasaan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya ada kesombongan meskipun sebesar biji sawi.” Kemudian beliau melanjutkan hadits ini dengan berkata, “Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.” (HR. Muslim)

Berdasarkan hadits di atas, tidak diperbolehkan bagi seorang mukmin menolak kebenaran atau nasehat yang disampaikan kepadanya. Karena jika demikian berarti mereka telah menyerupai orang-orang kafir dan telah menjerumuskan dirinya ke dalam sifat sombong yang bisa menghalanginya masuk surga. Maka, sikap hikmah (yaitu sikap menerima kebenaran dan tidak meremehkan siapapun yang menyampaikannya -pen) menjadi senjata yang ampuh bagi seorang mukmin yang selalu siap digunakan. Maka dari itu, kita wajib menerima kebenaran dari siapapun datangnya, bahkan dari setan sekalipun.

Ya Alloh, tunjukilah -dengan izin-Mu- bagi kami pada kebenaran dalam perkara yang kami perselisihkan. Sesungguhnya Engkaulah yang menunjuki siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.



Daftar pustaka

Majalah Al Furqon ed.11/Th.II, At Tamhiid li Syarhi Kitaabit Tauhid-Syaikh Sholeh Alu Syaikh, al Firqotun Najiyah-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu

Rabu, 23 Desember 2009

Surat PAPA buat Anakku NABILA Az-Zahra : "Putriku, Ada Yang Tidak Bisa Papa Ucapkan",

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya..... Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.

Lalu bagaimana dengan Papa?

Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari.
Tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?

Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng,
tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil......
Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.
Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu...
Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya" ,
Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....

Tapi sadarkah kamu?
Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.
Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang"
Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :
"Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!".
Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.
Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja....
Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!".
Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?
Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga..
Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu...
Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama....

Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,
Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?

Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia.... :')
Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..
Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.
Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir...
Dan perasaan khawatir itu berlarut - larut... Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. .

Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang?
"Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa"
Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti... Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa

Ketika kamu menjadi gadis dewasa....
Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain...
Papa harus melepasmu di bandara.
Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?
Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .
Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.
Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang".
Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT...kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.
Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.

Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan...
Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak.... Tidak bisa!"
Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu".

Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?
Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.
Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.
Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"

Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.
Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..
Karena Papa tahu.....
Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya....
Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia....

Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, lalu menangis?
Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa....
Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: "Ya Tuhan tugasku telah selesai dengan baik....
Putri kecilku yang lucu dan yang sangat kucintai itu telah menjadi wanita yang cantik....
Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."

Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk...
Dengan rambut yang telah dan semakin memutih....
Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....

Papa telah menyelesaikan tugasnya....

Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita...
Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat...
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis...
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .
Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam segala hal..

Selamat Hari Natal yang Kudus bagi saudaraku, seluruh umat Kristen.

SEBAGAI muslim saya ingin mengucapkan Selamat Hari Natal yang Kudus bagi seluruh umat Kristen.
Bagi saya pribadi, ucapan selamat itu sangat penting guna menghormati kelahiran Nabi Isa (Jesus) nabi umat Kristiani dan umat Islam.
Tujuannya untuk meperkuat gagasan dialog Islam-Kristen, menemukan al-qawâsim al-musytarakah (titik-titik temu) antara dua agama itu, dan menepis asumsi adanya peperangan dan kekerasan yang diatasnamakan agama.

Sedangkan Grand Syekh Al-Azhar, Dr Sayyid Tantawi menegaskan, setiap agama ditegakkan atas prinsip kebebasan bukan paksaan. Menurutnya, agama dan pemaksaan, seperti dua kutub magnet yang saling bertolak belakang, tidak pernah bisa bertemu.

Sedangkan Bapa Shanouda III berharap agar muktamar menghasilkan program nyata. Dialog Islam-Kristen yang ditegakkan itu, demi kemaslahatan bersama dan menuju cita-cita bersama pula.Kerukunan umat beragama menjadi tradisi yang mengakar kuat dalam masyarakat.
Tradisi itu bersumber dari karakteristik masyarakat Mesir yang toleran, terbuka, dan kosmopolit. Apalagi Mesir dikenal sebagai melting pot berbagai macam peradaban. Peradaban Mesir Kuno (Firaun), Yunani-Romawi, Kristen-Koptik, Islam, Laut Medetarian, Arab dan Afrika.
Selain Mesir memiliki julukan yang telah masyhur, umm al-dunyâ (induk peradaban), Dr Milad Hanna menyebutkan, Mesir sebagai akumulasi serpihan-serpihan peradaban (tarâkumât li raqâ’iq min al-hadlârât).

Setiap dialog antaragama multak melahirkan sikap terbuka dan menerima. Tetapi jika setelah dialog antaragama semakin mempertebal sikap fanatis dan curiga, maka dialog itu adalah dialog yang gagal dan mandul.

Ada tiga poin ajaran Kristiani, tetapi bisa dipahami melalui ajaran Islam.
Yaitu, mengenai kehadiran Tuhan, penyaliban Yesus, dan ajaran cinta kasih.
Selama ini dua ajaran pertama-kehadiran Tuhan dan pengorbanan Yesus-bagi umat Islam merupakan ajaran yang kontroversial.

Pertama, tentang kehadiran Tuhan.
Firthjof Schuon dalam buku Filsafat Parenial berpendapat sumber ketegangan teologi Kristen-Islam disebabkan teologi Kristen lebih menekankan kehadiran Tuhan, sedangkan teologi Islam menekankan pada keesaan Tuhan.
Umat Kristen lebih mementingkan Tuhan itu Hadir dalam kehidupan manusia, kalau perlu ia menjelma menjadi manusia. Sedangkan umat Islam mementingkan Tuhan itu Esa. Pilihan umat Islam atas konsep keesaan Tuhan pada dasarnya sebagai perlawanan terhadap konsep teologi Kristen.
Konsep kehadiran Tuhan juga merupakan ajaran inti Islam. Sayang, konsep kehadiran Tuhan ini dikubur para teolog Islam. Makna kehadiran Tuhan dalam Islam bisa dipahami melalui ayat-ayat al-Quran sebagai “kalimat" Tuhan. Dan Isa (Yesus) disebut dalam al-Quran sebagai “kalimat" dan “ruh" Allah.
Paham yang mengatakan, al-Quran mengandung unsur-unsur ketuhanan disepakai oleh mayoritas pengikut teologi Islam (Ahl Sunnah wal Jama’ah). Maka al-Quran merupakan bukti kehadiran Tuhan seperti Yesus sebagai bukti kehadiran Tuhan.
Al-Quran juga menegaskan, Allah hadir dan bersama manusia, wa huwa ma’akum aynamâ kuntum (Dan Dia bersama kalian di manapun berada). Allah hadir dan lebih dekat dari urat leher (aqrab min habl al-warîd) manusia.
Nabi Muhammad menegaskan, Allah turun ke langit bumi di sepertiga malam untuk menemani hamba-hamba-Nya yang sedang bermunajat.
Dalam hadis qudsi (makna dari Allah lafadz dari Muhammad) disebutkan Allah hadir dan bersama orang-orang yang menderita dan tertindas. Orang sakit, miskin, lapar, dan lainnya. Jika umat-Nya ingin menemui dan bercengkrama bersama-Nya, maka kebersamaannya dengan orang-orang tertindas tadi merupakan kebersamaan dengan Tuhan (Nashâihul ‘Ibâd, 1993: 03).


Kedua, peristiwa penyaliban Yesus merupakan peristiwa yang kontroversial dalam ajaran Kristen dan Islam.
Siapakah yang disalib?
Bagi umat Islam, bukan Isa (Yesus) tetapi bagi umat Kristiani adalah Yesus.

Saya ingin mengajak umat Islam dan Kristiani mengindari perdebatan teologis klasik itu.
Menurut saya, yang lebih urgen adalah kontekstualisasi peristiwa tersebut dalam kehidupan sekarang sebagai hikmah pengorbanan. Pemaknaan kembali urgensi pengorbanan merupakan “titik temu” antara ajaran Islam dan Kristen.

Perjuangan dan pengorbanan dalam Islam bisa berbentuk harta atau jiwa.Tapi pengorbanan jiwa merupakan pengorbanan yang tertinggi dan disebut
mati syahid.
Proses perjuangannya disebut jihad.
Namun, makna jihad jangan dipahami secara kaku dan sempit. Jihad bukan aksi-aksi terorisme dan kekerasan atas nama Tuhan dan agama. Jihad adalah perjuangan menegakkan keadilan dan kebenaran hingga titik darah penghabisan.

Begitu juga seorang Kristiani yang ingin mengikuti jejak pengorbanan Yesus tidak harus mati disalib. Tapi bagaimana ia mampu memperjuangkan kebenaran dan keadilan, menebar cinta kasih, dan membangun kedamaian dengan risiko nyawa sekalipun.

Umat Islam tidak bisa menolak bahwa penyaliban tersebut sebagai penebusan dosa. Sebab, Islam sendiri mengakui adanya syafaat (pertolongan) dari Nabi Muhammad kepada umatnya di hari kiamat. Umat Islam akan menerima ampunan dari Allah jika ia menerima syafaat dari Nabi Muhammad, sebesar apa pun dosanya, sepanjang dia pernah mengucapkan syahadat.

Kontekstualisasi peristiwa itu dalam kehidupan sekarang sebagai hikmah pengorbanan.

Dalam Islam sendiri mengakui adanya syafaat (pertolongan) dari Nabi Muhammad kepada umatnya di hari Kiamat. Umat Islam akan menerima ampunan dari Allah jika ia menerima syafaat dari Nabi Muhammad, sebesar apapun dosanya, sepanjang dia pernah mengucapkan syahadat.

Ketiga, dua aliran ajaran Kristen-Islam bertemu di muara cinta kasih. Memang cinta identik ajaran Kristen sedangkan Islam identik dengan rahmat. Tetapi kata rahmat dari bahasa Arab yang berarti kasih.
Tidak ada perbedaan antara cinta dan kasih.

Dua aliran ajaran Kristen dan Islam bertemu di muara cinta kasih.

Memang cinta identik dengan ajaran Kristen, sedangkan ajaran Islam identik dengan rahmat.
Tapi kata “rahmat” berasal dari bahasa Arab yang berarti kasih.
Tidak ada perbedaan antara cinta dan kasih. Biasanya kita memadukan dua kalimat tersebut: cinta kasih.

Ajaran cinta kasih merupakan esensi dari ajaran agama-agama di dunia.

Syekhul Akbar Ibnu Arabi, seorang sufi muslim asal Andalusia (Spanyol), bersenandung dalam Tarjuman al-Asywaq:
Wa laqad shara qalbi qabilan kulla shurah/fa mar’a li ghazlan wa dirun li ruhban/Wa baitun li awtsan wa ka’batu Thaif/wa alwahu tawrat wa mushhaf al-quran/Adinu bi din al-hubb anna tawajjahat/raka’ibuhu fa al-hubb dini wa imani
(Sungguh! Hatiku telah sanggup menerima segala rupa/ia adalah padang rumput bagi kijang dan biara bagi rahib/Candi bagi penyembah berhala dan Ka’bah bagi yang bertawaf/ia adalah lembaran-lembaran taurat sekaligus mushaf Al-Quran/Aku memeluk agama cinta, kuhadapkan dan kuserahkan diriku/pada perjalanannya, Sungguh! Cinta adalah agama dan imanku)

Senin, 21 Desember 2009

SAHABAT...........Sahabat pertama saya adalah ibu saya.

Saya kira sahabat itu bukan kata benda. Bukan juga kata kerja. Sahabat adalah kata sifat. Saya merumuskan hal itu bagi diri saya sendiri, setelah apa yang saya jalani dan yakini sejauh ini. Bersahabat itu adalah sesuatu yang menyifat pada kita, dan kita bisa melatihnya untuk kebaikan. Saya bersahabat dengan banyak orang, dan dengan banyak hal. Sahabat pertama saya adalah ibu saya. Kami teman bicara yang baik. Kami punya banyak waktu bersama. Kami bisa membicarakan apa saja.


Sewaktu masih kanak-kanak, ibu saya berjualan kue dan es. Ini harus dilakukan untuk menambah penghasilan keluarga kami yang masih kurang. Pohon kelapa kami waktu itu belum berbuah. Ibu membikin tiga atau empat jenis kue setiap hari. Sebagian harus dimasak sejak subuh, agar bisa dijual hangat pada pagi hari. Saat-saat memasak kue itulah kami bicara sebagai dua orang sahabat. Saya selalu ikut bangun subuh menemaninya di dapur dan membantu apa saja yang bisa saya kerjakan.


Kami bicara apa saja: tentang teman-teman saya, guru-guru saya, masa lalunya, pelajaran saya, hafalan-hafalan doa saya, cita-cita saya. Apa saja. Saya kira, lewat persahabatan dengan ibu saya sendiri, Tuhan mengajari saya untuk menjadi orang yang mudah menyampaikan pikiran kepada siapa saja. Tuhan menjadikan saya orang yang terbuka, mudah menjalin pertemanan, tak sulit beradaptasi dengan lingkungan baru.

Saya bersahabat dengan ayah saya. Dia seorang guru SMP. Waktu kosongnya di hari libur atau di sore hari kerja, ia isi dengan menjahit. Saya suka membantunya memotong kain dan mengantarkan jahitan ke pelanggan2. Ayahku membuat sendiri semua baju yang kupakai. Saya suka menjadi asistennya mengambil kain,memotong kain dan ini itu yang dia perlukan. Dia suka bercerita tentang sejarah perjuangan bangsa, mata pelajaran yang ia ajarkan di sekolah. Ia juga suka berkisah tentang bagaimana dulu dia sekolah di kota.


Saya kini merasa beruntung mendapatkan kisah itu dari Ayah saya. Kisahnya menanamkan semacam nasionalisme dalam diri saya, dan saya menyerap semangat untuk belajar dan keinginan untuk maju darinya.

Saya juga bersahabat dengan kakek saya. Kakek dari ayah saya adalah seorang veteran. Ia suka bercerita tentang bagaimana dulu dia menyeludupkan senjata dari tentara Australia yang ia barter dengan pisang dan pepaya. Senjata itu diserahkan kepada tentara republik. Darinya saya belajar keberanian.


Kakek dan Nenek dari ibu saya petani yang berhasil. Di kampung kami dia terpandang karena termasuk petani yang punya kebun terluas. Dia suka memberi uang tapi saya harus bekerja padanya. Saya harus memijit punggungnya, atau menginjak-injak punggungnya. Pelajaran penting dari kedua kakek/nenek saya adalah bekerjalah kalau kau ingin mendapatkan sesuatu.

Saya bersahabat dengan sepeda mini saya, yang waktu itu rasanya dengannya saya ingin menaklukkan dunia–meskipun waktu itu, perjalanan paling jauh yang pernah saya tempuh dengan sepeda mini itu hanya 15 kilometer dari rumah.

Saya bersahabat dengan sepasang mainan kodok dan ikan yang saya bayangkan hidup dan bercakap-cakap dengan saya. Dengan mereka saya belajar berimajinasi.

Saya bersahabat dengan seorang kawan SD saya. Di SMP dan SMA saya selalu punya seorang sahabat yang bagi saya mudah sekali mengukur kedekatan persabahatan itu. Apabila di rumah saya dan di rumah sahabat itu kami merasa seperti di rumah sendiri–makan, tidur, mandi, belajar – maka sudah demikian karibnya persahabatan itu terjalin.


Saya bersahabat dengan guru.
Saya bersahabat dengan beberapa buku yang menentukan hidup saya kemudian.
Ah, rasanya ini hanya pantas saya ceritakan nanti dalam bagian tersendiri.

Saya percaya, sejauh pengalaman saya, persahabatan yang tulus dan ikhlas mendatangkan banyak manfaat, berlipat-lipat. Hidup saya terbantu dan terbentuk oleh jalinan persahabatan saya. Saya percaya, Tuhan hadir, datang pada kita, atau dia mengirimkan pertolongan-Nya lewat sahabat-sahabat kita.

Doa untuk orang-tuaku terutama ibuku.........

Ya Allah,
Rendahkanlah suaraku bagi mereka
Perindahlah ucapanku di depan mereka
Lunakkanlah watakku terhadap mereka dan
Lembutkan hatiku untuk mereka.......

Ya Allah,
Berilah mereka balasan yang sebaik-baiknya,
atas didikan mereka padaku dan Pahala yang
besar atas kasih sayang yang mereka limpahkan padaku,
peliharalah mereka sebagaimana mereka memeliharaku.

Ya Allah,
Apa saja gangguan yang telah mereka rasakan
atau kesusahan yang mereka deritakan karena aku,
atau hilangnya sesuatu hak mereka karena perbuatanku,
maka jadikanlah itu semua penyebab susutnya
dosa-dosa mereka dan bertambahnya pahala
kebaikan mereka dengan perkenan-Mu ya Allah,
hanya Engkaulah yang berhak membalas
kejahatan dengan kebaikan berlipat ganda.

Ya Allah,
Bila magfirah-Mu telah mencapai mereka sebelumku,
Izinkanlah mereka memberi syafa'at untukku.
Tetapi jika sebaliknya, maka izinkanlah aku
memberi syafa'at untuk mereka,
sehingga kami semua berkumpul bersama dengan santunan-Mu
di tempat kediaman yang dinaungi kemulian-Mu, ampunan-Mu serta rahmat-Mu.
Sesungguhnya Engkaulah yang memiliki Kurnia Maha Agung,
serta anugerah yang tak berakhir
dan Engkaulah yang Maha Pengasih diantara semua pengasih.

Ya Allah berilah HIDAYAH kepada kedua orangtuaku, sehingga 2 kalimat syahadat terucap dlm perkataan,pikiran dan perbuatan beliau berdua sebelum mereka menghadapmu....

Amin Ya Rabbul Alamin..

Ibu, “selamat hari ibu”...................22 Desember 2009

Ibu, puisi ini sengaja kutulis dalam kegelapan musim dan waktu
hanya puisi murung tak berarti
Namun, dengan hati ibu yang tulus
serta penuh kasih
pastilah ibu mengetahui kebenarannya

Dahulu aku mengira
Ibu hanyalah perempuan lemah
yang tak punya pendirian
mengabdi pada suami bagaikan kuli
Ibu rela bekerja keras di tengah hujan dan terik matahari
acuhkan sakit, seorang diri
serta tiada mendendam kepada siapa pun
demi anak-anak ibu

Ketika ayah sakit......., ketika ayah pergi sebentar keluar kota.....ketika ayah hendak pergi jauh untuk mencari nafkah..........Ibu menangis sepanjang hari....
Pertanyaan kanak-kanak yang marah
selalu berakhir dengan pertanyaan lagi
ketika ibu menyahut parau,
Ibu mencintai ayahmu, nak.
Aku segera berlari lalu membanting pintu

Kini aku mengerti bahwa kesanggupan mencintai bukan hal biasa
bahkan, seringkali mengejutkan orang lain

Rasa cinta yang begitu besar pada seseorang
kuwarisi dari Ibu
Tapi, kepasrahannya tidak

Perjuangan kami ini untuk menolak menjadi tunduk pada hidup
bukan untuk memisahkan Ibu dari anaknya,
para suami dari istri mereka,
kakek atau nenek dari sang cucu,
ataupun seorang kakak dari adik-adiknya,
melainkan untuk menyatukan seluruh rasa kita
dalam kedamaian
yang tak pernah lagi kita miliki
setelah puluhan tahun

Maafkan anakmu
bila perjuangan kami
telah membuat ibu terpaksa menempuh hidup yang sunyi

Bukankah dalam hati kecil Ibu
selalu mendoakan kami?


ibu, hari ini kami memperingatimu

ibu, “selamat hari ibu”

Terimalah salamku, sembah sujudku, sungkemku

dari anakmu.....