Rabu, 23 Desember 2009

Selamat Hari Natal yang Kudus bagi saudaraku, seluruh umat Kristen.

SEBAGAI muslim saya ingin mengucapkan Selamat Hari Natal yang Kudus bagi seluruh umat Kristen.
Bagi saya pribadi, ucapan selamat itu sangat penting guna menghormati kelahiran Nabi Isa (Jesus) nabi umat Kristiani dan umat Islam.
Tujuannya untuk meperkuat gagasan dialog Islam-Kristen, menemukan al-qawâsim al-musytarakah (titik-titik temu) antara dua agama itu, dan menepis asumsi adanya peperangan dan kekerasan yang diatasnamakan agama.

Sedangkan Grand Syekh Al-Azhar, Dr Sayyid Tantawi menegaskan, setiap agama ditegakkan atas prinsip kebebasan bukan paksaan. Menurutnya, agama dan pemaksaan, seperti dua kutub magnet yang saling bertolak belakang, tidak pernah bisa bertemu.

Sedangkan Bapa Shanouda III berharap agar muktamar menghasilkan program nyata. Dialog Islam-Kristen yang ditegakkan itu, demi kemaslahatan bersama dan menuju cita-cita bersama pula.Kerukunan umat beragama menjadi tradisi yang mengakar kuat dalam masyarakat.
Tradisi itu bersumber dari karakteristik masyarakat Mesir yang toleran, terbuka, dan kosmopolit. Apalagi Mesir dikenal sebagai melting pot berbagai macam peradaban. Peradaban Mesir Kuno (Firaun), Yunani-Romawi, Kristen-Koptik, Islam, Laut Medetarian, Arab dan Afrika.
Selain Mesir memiliki julukan yang telah masyhur, umm al-dunyâ (induk peradaban), Dr Milad Hanna menyebutkan, Mesir sebagai akumulasi serpihan-serpihan peradaban (tarâkumât li raqâ’iq min al-hadlârât).

Setiap dialog antaragama multak melahirkan sikap terbuka dan menerima. Tetapi jika setelah dialog antaragama semakin mempertebal sikap fanatis dan curiga, maka dialog itu adalah dialog yang gagal dan mandul.

Ada tiga poin ajaran Kristiani, tetapi bisa dipahami melalui ajaran Islam.
Yaitu, mengenai kehadiran Tuhan, penyaliban Yesus, dan ajaran cinta kasih.
Selama ini dua ajaran pertama-kehadiran Tuhan dan pengorbanan Yesus-bagi umat Islam merupakan ajaran yang kontroversial.

Pertama, tentang kehadiran Tuhan.
Firthjof Schuon dalam buku Filsafat Parenial berpendapat sumber ketegangan teologi Kristen-Islam disebabkan teologi Kristen lebih menekankan kehadiran Tuhan, sedangkan teologi Islam menekankan pada keesaan Tuhan.
Umat Kristen lebih mementingkan Tuhan itu Hadir dalam kehidupan manusia, kalau perlu ia menjelma menjadi manusia. Sedangkan umat Islam mementingkan Tuhan itu Esa. Pilihan umat Islam atas konsep keesaan Tuhan pada dasarnya sebagai perlawanan terhadap konsep teologi Kristen.
Konsep kehadiran Tuhan juga merupakan ajaran inti Islam. Sayang, konsep kehadiran Tuhan ini dikubur para teolog Islam. Makna kehadiran Tuhan dalam Islam bisa dipahami melalui ayat-ayat al-Quran sebagai “kalimat" Tuhan. Dan Isa (Yesus) disebut dalam al-Quran sebagai “kalimat" dan “ruh" Allah.
Paham yang mengatakan, al-Quran mengandung unsur-unsur ketuhanan disepakai oleh mayoritas pengikut teologi Islam (Ahl Sunnah wal Jama’ah). Maka al-Quran merupakan bukti kehadiran Tuhan seperti Yesus sebagai bukti kehadiran Tuhan.
Al-Quran juga menegaskan, Allah hadir dan bersama manusia, wa huwa ma’akum aynamâ kuntum (Dan Dia bersama kalian di manapun berada). Allah hadir dan lebih dekat dari urat leher (aqrab min habl al-warîd) manusia.
Nabi Muhammad menegaskan, Allah turun ke langit bumi di sepertiga malam untuk menemani hamba-hamba-Nya yang sedang bermunajat.
Dalam hadis qudsi (makna dari Allah lafadz dari Muhammad) disebutkan Allah hadir dan bersama orang-orang yang menderita dan tertindas. Orang sakit, miskin, lapar, dan lainnya. Jika umat-Nya ingin menemui dan bercengkrama bersama-Nya, maka kebersamaannya dengan orang-orang tertindas tadi merupakan kebersamaan dengan Tuhan (Nashâihul ‘Ibâd, 1993: 03).


Kedua, peristiwa penyaliban Yesus merupakan peristiwa yang kontroversial dalam ajaran Kristen dan Islam.
Siapakah yang disalib?
Bagi umat Islam, bukan Isa (Yesus) tetapi bagi umat Kristiani adalah Yesus.

Saya ingin mengajak umat Islam dan Kristiani mengindari perdebatan teologis klasik itu.
Menurut saya, yang lebih urgen adalah kontekstualisasi peristiwa tersebut dalam kehidupan sekarang sebagai hikmah pengorbanan. Pemaknaan kembali urgensi pengorbanan merupakan “titik temu” antara ajaran Islam dan Kristen.

Perjuangan dan pengorbanan dalam Islam bisa berbentuk harta atau jiwa.Tapi pengorbanan jiwa merupakan pengorbanan yang tertinggi dan disebut
mati syahid.
Proses perjuangannya disebut jihad.
Namun, makna jihad jangan dipahami secara kaku dan sempit. Jihad bukan aksi-aksi terorisme dan kekerasan atas nama Tuhan dan agama. Jihad adalah perjuangan menegakkan keadilan dan kebenaran hingga titik darah penghabisan.

Begitu juga seorang Kristiani yang ingin mengikuti jejak pengorbanan Yesus tidak harus mati disalib. Tapi bagaimana ia mampu memperjuangkan kebenaran dan keadilan, menebar cinta kasih, dan membangun kedamaian dengan risiko nyawa sekalipun.

Umat Islam tidak bisa menolak bahwa penyaliban tersebut sebagai penebusan dosa. Sebab, Islam sendiri mengakui adanya syafaat (pertolongan) dari Nabi Muhammad kepada umatnya di hari kiamat. Umat Islam akan menerima ampunan dari Allah jika ia menerima syafaat dari Nabi Muhammad, sebesar apa pun dosanya, sepanjang dia pernah mengucapkan syahadat.

Kontekstualisasi peristiwa itu dalam kehidupan sekarang sebagai hikmah pengorbanan.

Dalam Islam sendiri mengakui adanya syafaat (pertolongan) dari Nabi Muhammad kepada umatnya di hari Kiamat. Umat Islam akan menerima ampunan dari Allah jika ia menerima syafaat dari Nabi Muhammad, sebesar apapun dosanya, sepanjang dia pernah mengucapkan syahadat.

Ketiga, dua aliran ajaran Kristen-Islam bertemu di muara cinta kasih. Memang cinta identik ajaran Kristen sedangkan Islam identik dengan rahmat. Tetapi kata rahmat dari bahasa Arab yang berarti kasih.
Tidak ada perbedaan antara cinta dan kasih.

Dua aliran ajaran Kristen dan Islam bertemu di muara cinta kasih.

Memang cinta identik dengan ajaran Kristen, sedangkan ajaran Islam identik dengan rahmat.
Tapi kata “rahmat” berasal dari bahasa Arab yang berarti kasih.
Tidak ada perbedaan antara cinta dan kasih. Biasanya kita memadukan dua kalimat tersebut: cinta kasih.

Ajaran cinta kasih merupakan esensi dari ajaran agama-agama di dunia.

Syekhul Akbar Ibnu Arabi, seorang sufi muslim asal Andalusia (Spanyol), bersenandung dalam Tarjuman al-Asywaq:
Wa laqad shara qalbi qabilan kulla shurah/fa mar’a li ghazlan wa dirun li ruhban/Wa baitun li awtsan wa ka’batu Thaif/wa alwahu tawrat wa mushhaf al-quran/Adinu bi din al-hubb anna tawajjahat/raka’ibuhu fa al-hubb dini wa imani
(Sungguh! Hatiku telah sanggup menerima segala rupa/ia adalah padang rumput bagi kijang dan biara bagi rahib/Candi bagi penyembah berhala dan Ka’bah bagi yang bertawaf/ia adalah lembaran-lembaran taurat sekaligus mushaf Al-Quran/Aku memeluk agama cinta, kuhadapkan dan kuserahkan diriku/pada perjalanannya, Sungguh! Cinta adalah agama dan imanku)

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda