Senin, 15 Februari 2010

REUNI

Reuni berasal dari kata Re dan Uni. “Re” mengandung arti kembali, sedangkan “Uni” berarti satu kesatuan. Sehingga “Re-Uni” bermakna sebagai sebuah kegiatan yang menyatukan kembali segenap komponen yang terpisah baik oleh waktu maupun tempat.

Reuni bukan sekedar hura-hura tanpa makna. Reuni harus bermakna sebagai alat pemersatu sekaligus menyadari adanya sosok yang menyebabkan kita harus bersatu. Memang, bersatu bukan harus seragam, apalagi sama. Bersatu akan lebih punya makna karena keberbedaan yang sudah ada dan harus ada. Beda tingkat sosial ekonomi, beda pendidikan, beda suku dan rasa serta perbedaan lainnya yang ada pada kita.

Keberbedaan tidak boleh menjadi alasan untuk tidak bersatu. Tidak ada yang lebih kuat jika kita mampu bersatu. Jangan mau runtuh karena bercerai, tapi tetaplah teguh karena kita selalu bersatu.

"Sebenarnya reuni ini budaya Barat, hal yang tak terlalu penting. Namun, kalau ada reuni, ini mulia. Agama mengajarkan berkasih sayanglah di antara kamu. Janganlah acara ini dinodai hal-hal yang tidak perlu"

"Lewat reuni ini, kita harus ikut memikirkan pendidikan anak-anak guru kita atau anak-anak teman kita, yang barangkali nasibnya kurang begitu baik. Bisa saja dibentuk yayasan untuk tujuan mulia itu, dengan sumber dana yang halal.


ILUSTRASI CERITA : REUNI BAPAK BAPAK

Darsono, Wardi, Sugeng dan Jono janjian mengadakan reuni di Restoran yang ada tempat Karaokenya. Sambil makan, mereka berempat ber-bincang2 sambil bernostalgia.
Setelah makan Darsono pamit meninggalkan teman2nya sebentar untuk nyanyi karaoke, "Minta lagu apa Rek? Dangdut?"
Sambil mendengarkan Darsono nyanyi, teman2nya melanjutkan obrolan mereka.
"Bagaimana anak anakmu Geng?" tanya Wardi ke Sugeng.
Sugeng bercerita :
"Oo, baik2 saja, anak saya kan dua. Yang cewek ikut suaminya jadi Kapolres di Medan. Sedangkan yang cowok sudah jadi boss, pabriknya dua, pabrik sepatu dan pabrik mie. Tapi ya gitu..., saya yang jadi bapaknya saja ndak pernah dibelikan motor sama sekali, eeeh... pas kemarin pacarnya ulang tahun dibelikan BMW 318i gress."

"Lha kalau anakmu War?"

Wardi pun bercerita : "Anakku dua kerja di Amerika, yang bontot sekarang sudah jadi direktur developer rumah. Tapi agak gendeng juga anak saya yang bonthot ini. Rumah bapaknya sudah doyong dibiarkan aja, tapi waktu kemarin
pacarnya ulang tahun di belikan rumah baru."

"Kalau kabar anakmu bagaimana Jon?"
Sekarang Jono yang cerita :
"Anak saya empat, cowok satu, cewek tiga. Sekarang sudah pada mandiri. Yang paling sukses ya anakku yang cowok. Sekarang jadi pialang saham. Cuman ya agak nggak bener juga. Lha... saya ini nggak pernah di kasih uang sama sekali, tapi kemarin waktu pacarnya ulang tahun di kasih deposito 100 juta."

Setelah Jono cerita, Darsono selesai karaoke, "Nyeritain apa sih Rek?". "Ini lho Dar, pada nyritain anaknya, gimana anakmu Dar?" tanya Jono.

Setelah nyalain rokok, Darsono mulai cerita :
"Anakku cuma satu, tapi payah. Aku ingin dia jadi ABRI, eeeh malah jadi bencong. Sudah lima tahun dia buka salon, dari dulu sampek sekarang ya teteeep aja nyalon. Tapi meskipun bencong dia tetep anak ku. Apalagi dasarnya anaknya itu baik, pergaulannya luas dan sayang sama bapaknya. Setiap dapat rejeki saya pasti diberi. Kemarin pas dia ulang tahun, ada temannya yang ngado BMW 318i gress, rumah baru, dan deposito 100 juta.
Dia bilang semua itu buat bapak saja, dia tetep seneng buka salon saja, katanya......

REUNI …..

kata yang sering terlintas bila kita terkenang kembali masa masa beberapa tahun ke belakang. Reuni pada umumnya direncanakan untuk mengingat lagi kenangan satu sama lain mungkin juga hal-hal lain yang nantinya bisa ditimbulkan. Namun sekarang ini makna reuni agak sedikit bergeser. Reuni menjadi semacam ajang pameran (Pameran lukisan mungkin) lukisan kekayaan, lukisan kemewahan, atau lukisan lukisan lainnya yang justru akan menciderai makna reuni itu sendiri. Ajang reuni menjadi pertunjukan seonggok sampah tak bermakna. Bila reuni semacam itu yang terjadi, mungkin saya (mungkin juga beberapa temanku) tidak akan hadir karena merasa malu atau mungkin merasa telah menjadi orang pinggiran, sehingga memori atau ingatan atau kisah akan masa lalu tak saya dapatkan. Jangan sampai itu terjadi pada REUNI AKBAR SMPN I GENTANG_BANYUWANGI nanti.

Kisah tentang cinta di kelas satu,dua, atau tiga SMP, kisah dimarahi oleh guru bahasa indonesia, atau kisah tentang sujud baca anny arrow, atau kisah tentang senyuman para temanku mungkin akan terasa hambar, bila nuansa reuni tak ada nuansa tempo doloe. Mungkin nuansa reuni akan dipenuhi dengan pemandangan indah, penuh dengan seabrek estetika (apalagi kalo di selenggarakan di hotel) sehingga saya (mungkin juga teman yang lain) merasa kehilangan moment yang penting dari reuni itu sendiri. Reuni juga mungkin akan diwarnai cerita-cerita sukses dan story-story yang membanggakan.

Teman-temanku semua juga senior seniorku dan adik-adik kelasku, apakah kalian (mungkin kurang tepat menyebut seniorku dengan kata kalian) masih ingat, kapan terakhir bertemu dengan teman teman sekolah, 25 tahun yang lalu? Dan apa yang akan anda rasakan kalau ada kesempatan untuk bertemu dan bernostalgia kembali tentang masa lalu?

Apakah acara reuni bisa di nikmati semua kalangan termasuk mereka yang merasa menjadi orang pinggiran. Untuk menghilangkan makna berlebihan yang ditimbulkan dari acara reuni, hendaknya konsep acara di rancang sedemikian rupa oleh panitia dengan harapan reuni juga bisa dinikmati oleh berbagai kalangan, bukan cuma mereka yang sudah merasa kaya saja (kaya ilmu, kaya materi dan semuanya).

Saya pikir, maksud reunian itu khususnya rencana reuni SMPNI GENTENG BANYWANGI ini tidak sejauh yang saya pikirkan, saya rasa lebih banyak tujuan yang lebih baik dan bermanfaat yang bisa kita rencanakan daripada cuma sekedar ajang pameran seperti yang reuni reuni kebanyakan yang telah diadakan.....

I hope so... bahkan mungkin tujuan2 reuni ini lebih bermanfaat daripada hanya sekedar acara ketemuan saja... buat apalah reunian kalau cuma mau ketemuan aja.....

Saya berharap : panitia yang terbentuk nantinya, betul2 harus merencanakan kegiatan2 dalam rangka reunian tsb yang bermanfaat buat masyarakat secara umum, dan buat SMPN I GENTENG BANYUWANGI khususnya.

Bagi alumni SMPNI Genteng Banyuwangi sendiri reunian diharapkan paling tidak bisa meningkatkan hubungan persaudaraan sesama alumni.

Tentang yang saya maksudkan akan adanya alumni yg sdh berhasil dan kurang berhasil saya kira itu adalah general, dan kenapa tidak melalui acara reunian ini yang sdh berhasil mungkin bisa membantu yang belum berhasil, paling tidak sharing pengalaman kan.

Saya berharap kelak REUNI AKBAR SMPNI Genteng Banyuwangi bisa terlaksana dengan sukses......buat panitia: Selamat Bekerja!!!!!


KOMENTAR dari seorang teman SMPku ttg REUNI :

Pada saat reuni beberapa tahun kebelakang, saya pernah tertawa terbahak-bahak, ketika seorang temen bilang”kalo manggil dia (yg masih satu angkatan dengan saya) harus diawali dengan kata Pak”. Saya katakan sama dia “Pantang buat saya mengucapkan kata itu, seandainyapun dia adalah presiden saat ini, pada saat reuni seperti ini”

Makna reuni sepertinya telah berubah, saya menganggap REUNI adalah BERTEMUNYA KITA KEMBALI SAAT INI DALAM KONDISI SEPERTI DULU, bukan kita dengan seabrek embel-embel saat ini. Makna reuni akan bias menjadi pamer kehebatan, pamer kekayaan dan pameran lainnya yang justru akan menciderai makna reuni itu sendiri. Ajang reuni menjadi ajang “pameran sampah” tak bermakna (setidaknya itu buatku).
Seandainya reuni kita seperti itu? Maka saya tidak akan bertemu dengan banyak lagi temen masa lalu yang memutuskan untuk tidak hadir karena alasan “malu” dan merasa hidupnya “terpinggirkan”. Saya akan banyak kehilangan kenangan masa lalu yang justru ingin saya peroleh dari ajang ini.

Pada saat reuni, nuansa doeloe justru yang ingin diperoleh. Reuni mungkin akan terasa hambar, bila pada saat reuni nanti tidak menemukan menu makan teri main bola dan berganti menjadi rendang sapi Australia, setengah telur asin berganti menjadi telur utuh bebek Peking, potongan kecil-kecil papaya agak sepet berubah menjadi manisnya jeruk Mandarin, dan segelas teh manis kurang gula berubah menjadi soft drink.

Saya mungkin akan kehilangan moment penting reuni bila tidak merasakan empuknya kasur kapuk keras karena kurang dijemur di ranjang besi bertingkat dengan pemandangan indah coretan rumus-rumus pelajaran, keluh kesah, kerinduan, kekesalan, sumpah serapah, pengharapan dan seabrek macam itu yang tertata tanpa estetika dan jauh dari kesan dilakukan penataan, dibawah papan ranjang atas. Saya akan sangat amat kehilangan bila suasana kost kostan dulu malah disulap menjadi suasana kini, laiknya fasilitas hotel (apalagi kalo penyelenggaraan acaranya di hotel?). Rasanya lebih baik saya tidur nyenyak di gubuk reot, sambil bercanda dengan anak-anak di tempat tidur.

Makna reuni yang saya idamkan adalah seperti keinginan seorang alumni yang saat ini berstatus ibu rumah tangga yang berdomisili di Malang. Via telepon dia katakan "Insya Allah akan hadir pada saat reuni (dan sudah diizinkan sang suami tercinta, yang Insya Allah sangat Bijak), namun hanya pada saat acara yang pentingnya saja", selebihnya bila memungkinkan, dia ingin memanfaatkan waktunya dengan berkunjung ke rekan alumni yang tidak bisa hadir karena alasan keadaan yang tidak memungkinkan dan anak anak yatim dari rekan alumni yang sudah tidak ada.Demi Allah, adakah makna reuni yang lebih indah dari ini?

Wassalam, semoga pandangan saya tentang makna reuni ini, salah?